TENGGARONG – Embung di Kelurahan Maluhu, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), kini bersiap menjalani transformasi besar. Tak hanya berfungsi sebagai penampung air untuk irigasi pertanian, embung tersebut dikembangkan menjadi kawasan wisata alam dan edukasi yang menyatu dengan konsep konservasi.
Dengan anggaran pembangunan mencapai Rp3 miliar, proyek ini membawa misi ganda: memperkuat ketahanan pangan sekaligus membuka alternatif destinasi wisata keluarga berbasis lingkungan di jantung kota.
Lurah Maluhu, Tri Joko Kuncoro, mengatakan bahwa embung yang berdiri di atas lahan seluas delapan hektare itu semula difokuskan untuk menunjang produktivitas pertanian dan mengatasi persoalan banjir lokal. Namun, seiring berjalannya waktu, potensi lain kawasan ini mulai dilirik untuk dikembangkan lebih luas.
“Melihat kondisi alamnya, embung ini sangat potensial menjadi ruang hijau publik. Bukan sekadar membantu pertanian, tetapi juga menjadi tempat rekreasi dan belajar bagi masyarakat,” ujar Joko, Kamis (24/4/2025).
Berbagai fasilitas pendukung tengah dipersiapkan untuk mempercantik kawasan ini, seperti jalur jogging, area berkemah, dan spot pemancingan. Pemerintah kelurahan bahkan berencana menebar ribuan benih ikan air tawar untuk mendukung ekosistem embung sekaligus menarik minat wisatawan lokal.
“Kami ingin warga bisa memanfaatkan kawasan ini untuk banyak kegiatan. Dari olahraga, piknik keluarga, sampai memancing ikan untuk dibawa pulang,” tambah Joko.
Pekerjaan tahap awal meliputi penyempurnaan infrastruktur fisik seperti pembangunan turap di sekeliling embung dan pembuatan jembatan penghubung antar area, agar kawasan tersebut aman dan nyaman untuk aktivitas masyarakat.
Tak hanya berorientasi pada wisata, kawasan embung juga disiapkan untuk fungsi sosial. Salah satunya melalui rencana pembangunan balai masyarakat yang dapat difungsikan sebagai ruang pertemuan, pelatihan pertanian, hingga berbagai aktivitas komunitas warga.
“Balai masyarakat ini akan memperkuat fungsi embung sebagai pusat aktivitas edukatif dan sosial, tidak hanya sekadar sebagai tempat berlibur,” terang Joko.
Letak strategis Embung Maluhu, yang hanya berjarak beberapa menit dari pusat kota Tenggarong, menjadi nilai tambah tersendiri. Dikelilingi bentang alam hijau yang masih asri, embung ini diharapkan dapat menjadi magnet baru wisata lokal berbasis desa.
“Kita ingin menawarkan alternatif wisata keluarga yang murah, sehat, dan mendidik, tanpa harus keluar jauh dari kota,” ungkapnya.
Ia juga mengimbau seluruh elemen masyarakat untuk ikut menjaga dan merawat kawasan tersebut. Menurutnya, keberlanjutan pengelolaan embung akan bergantung pada kesadaran dan keterlibatan aktif masyarakat.
“Ini adalah ruang hidup bersama. Kalau kita rawat, bukan hanya kita yang merasakan manfaatnya, tetapi juga generasi setelah kita,” tutupnya. (Adv)