Tari Gandrung Berakar Kuat di Kukar, Bukti Hidupnya Budaya Nusantara di Tanah Perantauan

Oleh redaksi

pada Sabtu, 12 April 2025

Kabid Pengembangan Ekonomi Kreatif Dispar Kukar, Zikri Umulda (Istimewa)

TENGGARONG — Di tengah keberagaman budaya yang tumbuh di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Tari Gandrung yang merupakn seni tari tradisional asal Banyuwangi, Jawa Timur sukses menjadi kebudayaan dari luar daerah yang menemukan tanah baru untuk bersemi. Tidak sekadar dibawakan sebagai hiburan etnis, tarian ini kini menjadi bagian dari wajah kebudayaan Kukar yang semakin inklusif dan dinamis.

Berkat konsistensi Ikatan Keluarga Banyuwangi (Ikawangi) Kukar, seni tari ini tak hanya hadir dalam acara nostalgia warga perantauan, tetapi aktif menjadi bagian dari agenda seni dan festival daerah, dari tingkat kecamatan hingga kabupaten.

“Gandrung bukan hanya milik warga Banyuwangi di perantauan. Sekarang, tarian ini menjadi milik bersama, dipelajari, dipentaskan, dan dicintai oleh warga lokal lintas suku di Kukar,” ujar Supiyan, Seksi Kesenian Ikawangi Kukar, Sabtu (12/4/2025).

Baca juga  Pemkab Kukar Dorong Perubahan Paradigma Lewat Musrenbang Tematik

Gandrung telah tampil dalam beragam acara, termasuk pertunjukan rakyat, pesta budaya desa, hingga festival pariwisata Kukar. Menariknya, sejumlah penampilan Gandrung kini disambut antusias penonton dari berbagai latar belakang, yang bahkan ikut menari saat momen interaktif dimulai.

Daya pikat Gandrung tidak hanya terletak pada gerak gemulai atau kostum mencolok, tetapi juga pada unsur “panjak”. Pengantar lisan yang menyisipkan humor, kritik sosial, dan pesan-pesan kebijaksanaan khas rakyat. Inilah yang membuat Gandrung bukan sekadar tontonan, tetapi ruang dialog budaya yang hidup dan cair.

Baca juga  Pembangunan Jembatan Baru Tenggarong Dimulai, Dirancang Tahan 100 Tahun

Supiyan menyebut regenerasi menjadi fokus utama Ikawangi. Kursus tari Gandrung rutin digelar secara gratis, khususnya bagi anak-anak dan remaja. Melalui pendidikan seni sejak dini, komunitas berharap tradisi ini tidak hanya bertahan, tetapi berkembang secara kontekstual.

“Kami ingin siapa pun bisa merasa memiliki Gandrung. Bahkan anak-anak yang lahir dan besar di Kukar, dari suku mana pun, bisa menjadikannya bagian dari identitas budaya mereka,” katanya.

Respon positif juga datang dari pemerintah daerah. Dinas Pariwisata (Dispar) Kukar, tak sekadar memberi ruang tampil, tetapi juga mendorong pengembangan Gandrung sebagai bagian dari ekonomi kreatif berbasis budaya.

Baca juga  Gerakan Sinema Lokal Menguat, Sineas Muda Kukar Dapat Dukungan Peralatan Produksi dari Dispar

“Kami fasilitasi lewat pembinaan, bantuan kostum, hingga promosi dalam event resmi pemerintah,” ujar Zikri Umulda, Kabid Pengembangan Ekonomi Kreatif Dispar Kukar.

Menurut Zikri, keberadaan Gandrung di Kukar adalah contoh ideal transformasi seni tradisi menjadi kekuatan sosial dan ekonomi. Ia menilai, kolaborasi antara komunitas perantau dan masyarakat lokal adalah bentuk harmonisasi yang memperkaya karakter Kukar sebagai “miniatur Indonesia.”

“Gandrung di Kukar bukan sekadar kesenian, tapi simbol keterbukaan dan kekuatan budaya yang melintasi batas geografis. Ini bisa menjadi daya tarik wisata berbasis budaya yang kuat,” tutupnya. (Adv)

Bagikan: