TENGGARONG – Di tengah pesona alam Marangkayu yang hijau dan sejuk, sebuah destinasi unik mulai menarik perhatian para pelintas jalur Samarinda–Bontang. Namanya Kampung Kopi Luwak, yang kini menjadi magnet baru wisata edukatif dan kuliner berbasis potensi lokal di Desa Prangat Baru, Kutai Kartanegara (Kukar).
Berada di kilometer 60 Jalan Poros Samarinda-Bontang, Kampung Kopi Luwak menawarkan lebih dari sekadar pemandangan hijau. Destinasi ini menyuguhkan pengalaman lengkap mulai dari mengenal proses pengolahan kopi luwak, menyusuri kebun kopi seluas 60 hektare, hingga mencicipi langsung kopi luwak segar dari tangan para petani.
“Kami ingin menjadikan tempat ini sebagai pusat eduwisata kopi luwak pertama di Kalimantan Timur, bukan hanya tempat singgah tapi juga tempat belajar dan menikmati,” ujar Kepala Desa (Kades) Prangat Baru, Fitriati, Jumat (18/4/2025).
Menurut Fitriati, konsep wisata ini berkembang sejak awal 2000-an, saat para petani mulai memahami nilai ekonomi dari biji kopi yang dihasilkan luwak. Awalnya dianggap kotoran tak berguna, kini kopi luwak justru menjadi ikon desa dan menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat sekitar.
Saat ini, produksi kopi luwak Kampung Kopi mencapai sekitar 1 ton per tahun, dengan sistem pengembangan terintegrasi antara petani kopi dan peternak luwak. Setiap pengunjung dapat melihat secara langsung bagaimana biji kopi dikumpulkan, dibersihkan, disangrai, dan diseduh.
Salah satu pengunjung asal Balikpapan, Nikita, mengaku terkesan dengan suasana kampung yang tenang serta pengalaman baru yang ditawarkan. “Sensasinya beda. Kita bisa langsung lihat kebunnya, pilih bijinya, lalu nikmati kopinya di tempat. Ini lebih dari sekadar tempat ngopi,” ujarnya.
Bukan hanya soal rasa, legalitas halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga menjadi faktor penting yang meningkatkan kepercayaan pengunjung. Dengan pengemasan yang terus diperbaiki, kopi luwak dari Marangkayu kini mulai menembus pasar oleh-oleh khas Kalimantan Timur (Kaltim).
Kampung Kopi Luwak juga memiliki potensi untuk berkembang menjadi rest area wisata tematik di jalur lintas provinsi, dengan tambahan fasilitas seperti kafe kopi, area outbond, dan rumah edukasi kopi bagi pelajar.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kukar, Arianto, menyebut Kampung Kopi Luwak sebagai model wisata agro-edukatif yang cocok untuk dikembangkan lebih luas. “Wisata yang menyentuh sektor produktif seperti ini punya efek ganda. Selain memperkenalkan kopi lokal, juga menciptakan peluang ekonomi masyarakat desa,” ujarnya Arianto (Adv)