TENGGARONG — Komitmen Dinas Pariwisata (Dispar) Kutai Kartanegara (Kukar) dalam mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat terus ditunjukkan melalui berbagai program konkret. Salah satu upaya terbaru adalah pembangunan homestay percontohan di wilayah perdesaan, sebagai bentuk dorongan agar desa-desa wisata bisa memiliki standar layanan yang lebih baik dan berdaya saing.
Kepala Bidang (Kabid) Pengembangan Destinasi Wisata Dispar Kukar, M. Ridha Fatrianta, mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya tengah merancang pembangunan dua homestay percontohan di wilayah hulu Kukar, tepatnya di Desa Pela dan Muara Enggelam.
Menurutnya, bantuan ini masih dalam tahap perencanaan desain teknis sebelum pelaksanaan di lapangan. “Dua desa akan kita bantu pembangunan homestay percontohan. Sekarang masih proses desain teknisnya. Setelah rampung, kita bangun untuk jadi contoh,” kata Ridha, Senin (19/5/2025).
Menariknya, homestay yang dirancang bukanlah rumah warga yang disulap untuk kebutuhan wisata. Dispar Kukar memilih pendekatan berbeda dengan membangun unit homestay baru secara mandiri di kawasan strategis, yakni di sekitar Museum Nelayan Desa Pela.
Bangunan ini nantinya akan menjadi contoh nyata bagi masyarakat dalam mengembangkan homestay sesuai dengan standar pariwisata nasional. “Kita ingin tunjukkan secara langsung, seperti apa homestay yang sesuai standar,” jelasnya.
Lebih lanjut, Ridha menjelaskan bahwa homestay bukan sekadar penginapan murah. Konsep ini membawa semangat kearifan lokal, karena wisatawan akan tinggal bersama warga dan merasakan kehidupan sehari-hari di desa. Dari sisi pengalaman, hal ini menjadi daya tarik tersendiri yang tidak bisa ditemukan di hotel atau resort konvensional.
“Homestay itu istimewa karena menawarkan pengalaman hidup di tengah masyarakat. Satu atau dua kamar yang disediakan warga bisa menjadi pintu masuk wisata budaya dan alam yang lebih otentik,” ujarnya.
Melalui pembangunan homestay percontohan ini, Dispar Kukar ingin mendorong warga agar memahami bahwa pariwisata bisa dikelola dari rumah sendiri, tanpa harus investasi besar. Namun tentu, ada standar pelayanan dan kenyamanan yang perlu dipenuhi agar wisatawan merasa aman dan puas.
Ridha juga menyebut bahwa setelah pembangunan fisik selesai, pendampingan akan dilakukan untuk memperkuat pemahaman masyarakat terhadap manajemen homestay, termasuk dari sisi kebersihan, keramahan, hingga pemasaran digital.
“Tujuan kita bukan cuma membangun, tapi menularkan pemahaman. Warga bisa meniru modelnya, lalu menerapkannya sesuai kondisi rumah masing-masing,” pungkasnya. (Adv)