TENGGARONG – Ramadan kembali menyapa, dan denyut kehidupan di Tenggarong semakin terasa dengan hadirnya Lorong Pasar Ramadan yang resmi dibuka oleh Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Edi Damansyah, Sabtu (1/3/2025).
Berlokasi di kawasan Masjid Agung-Monumen Pancasila-Kawasan Budaya, lorong ini kembali menjadi pusat kuliner dan ekonomi warga, sekaligus simbol kebersamaan dalam menjalankan ibadah puasa.
Pembukaan Lorong Pasar Ramadan ini menjadi momentum penting, bertepatan dengan hari pertama bulan suci 1446 Hijriah. Dengan semangat kebersamaan, ratusan pedagang berkumpul dalam satu kawasan, menyajikan beragam hidangan khas untuk berbuka puasa.
Tidak hanya sekadar tempat berburu takjil, tetapi juga oase ekonomi rakyat yang setiap tahunnya mencatat perputaran uang fantastis—mencapai Rp30 miliar pada 2024 lalu!
“Selama ini Pasar Ramadan ada di beberapa titik. Alhamdulillah, kita bisa mengumpulkannya di satu kawasan, sehingga lebih rapi, nyaman, dan tidak mengganggu arus lalu lintas,” ujar Bupati Edi dalam sambutannya, disambut tepuk tangan warga yang hadir.
Sebagai tanda dimulainya perayaan ekonomi rakyat ini, suara rebana bergema, dipukul serentak oleh Bupati Edi Damansyah bersama jajaran Forkopimda, Sekda Sunggono, dan pengurus Masjid Agung.
Irama yang menggema itu seolah menandakan semangat baru, bukan hanya bagi para pedagang, tetapi juga bagi masyarakat Tenggarong yang merindukan suasana Ramadan yang lebih meriah dan tertata.
Namun, Edi tak hanya berbicara soal ekonomi. Ia menekankan bahwa Lorong Pasar Ramadan bukan sekadar tempat transaksi jual beli, tetapi juga bagian dari harmoni Ramadan yang harus diimbangi dengan nilai spiritual.
“Mari kita jaga kenyamanan di kawasan ini. Jangan hanya rajin ke pasar, tapi juga rajin ke masjid. Pastikan kawasan ini tetap bersih, tertib, dan nyaman untuk semua,” pesannya tegas.
Kini, dengan puluhan stan yang menawarkan berbagai makanan dan minuman khas Ramadan, Lorong Pasar Ramadan Tenggarong kembali menjadi magnet bagi warga.
Di setiap sudut, aroma makanan menggoda selera, suara pedagang memanggil pembeli, dan semangat berbagi terlihat di wajah-wajah mereka yang datang mencari hidangan berbuka.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, lorong ini bukan hanya tempat mencari takjil, tetapi juga simbol solidaritas dan kebersamaan.
Ramadan bukan hanya soal menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang berbagi rezeki dan mempererat tali silaturahmi.
Dengan hadirnya Lorong Pasar Ramadan, Tenggarong bukan hanya hidup dalam semangat jual beli, tetapi juga dalam nilai-nilai luhur bulan suci yang terus terjaga.
Ramadan telah tiba, dan Lorong Pasar Ramadan menjadi salah satu denyut kehidupan yang semakin menghidupkan suasana ibadah di Kukar. (Advetorial)