TENGGARONG — Di tepian Sungai Mahakam yang tenang, Desa Muara Kaman Ulu menyimpan lebih dari sekadar panorama alam. Desa ini menjadi titik temu antara masa lalu dan masa kini, antara kejayaan Kerajaan Hindu pertama di Nusantara dengan geliat masyarakat yang kini membangun identitas baru melalui budaya dan kuliner khas Kutai.
Terletak di Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), desa ini kian dikenal sebagai destinasi wisata sejarah dan kuliner yang menawarkan pengalaman autentik bagi para pelancong, pencinta sejarah, dan pecinta kuliner tradisional.
“Salah satu kekuatan desa kami adalah warisan sejarah Kerajaan Mulawarman. Tapi kami tidak ingin sejarah itu hanya jadi cerita, melainkan kami hidupkan kembali lewat perayaan, tempat wisata, dan sajian lokal,” tutur Hendra, Kepala Desa Muara Kaman Ulu, Sabtu (5/4/2025).
Salah satu destinasi utama di desa ini adalah Situs Lesong Batu, prasasti sakral peninggalan Hindu, dan Balai Konservasi Cagar Budaya yang menyimpan bukti keberadaan Kerajaan Kutai Martadipura. Setiap tahunnya, warga juga menggelar tradisi adat Cerau, perayaan budaya yang menjadi simbol penghormatan terhadap leluhur dan sejarah peradaban.
Cerau bukan hanya ritual, tetapi juga festival rakyat. Di dalamnya tergambar nilai solidaritas, spiritualitas, hingga seni pertunjukan khas Kutai. Momen ini sering dijadikan waktu terbaik untuk mengenalkan desa kepada wisatawan.
Namun pesona Muara Kaman Ulu tidak berhenti di budaya. Desa ini juga menjadi rumah bagi kerupuk ikan haruan. Kuliner khas yang renyah dan gurih, dibuat dari ikan air tawar asli sungai Mahakam. Produk ini kini menjadi andalan UMKM lokal, yang mulai merambah pasar oleh-oleh wisatawan.
“Kalau orang datang, kami ingin mereka tidak hanya belajar sejarah, tapi juga membawa pulang rasa Kutai. Itulah cara kami menghidupkan ekonomi desa,” jelas Hendra.
Dalam mengembangkan potensi ini, pemerintah desa bersinergi dengan Dinas Pariwisata (Dispar) Kukar dan perusahaan seperti PT Bara Tabang, yang memberi pelatihan keterampilan, manajemen wisata, dan pemasaran digital berbasis komunitas.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dispar Kukar, Arianto, menyebut Muara Kaman Ulu sebagai contoh nyata bagaimana sebuah desa bisa menata masa depan dengan fondasi tradisi dan sejarah.
“Desa ini punya segalanya: sejarah kerajaan Hindu pertama di Indonesia, budaya yang masih hidup, dan masyarakat yang antusias. Kami akan terus mendampingi agar potensi ini naik kelas dan siap jadi destinasi unggulan,” kata Arianto.
Menurutnya, dengan sentuhan promosi digital, pembangunan akses infrastruktur, serta pelatihan SDM, Muara Kaman Ulu dapat menjadi magnet wisata edukatif bagi wisatawan lokal hingga internasional, khususnya mereka yang tertarik pada akar peradaban Nusantara.
Kini, Muara Kaman Ulu tak lagi sekadar titik sejarah dalam buku pelajaran. Ia tumbuh sebagai ruang hidup budaya, tempat jejak masa lalu dihidupkan lewat tradisi, dan diolah menjadi peluang ekonomi baru yang memberi manfaat nyata bagi warganya. (Adv)