TENGGARONG — Di balik sunyinya pedalaman Kecamatan Tabang, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), seorang perempuan muda diam-diam menggerakkan roda pariwisata dari balik hutan dan jeram sungai. Namanya Dewi Lolita, guru honorer di SMPN 11 Tabang yang berlokasi di Desa Sungai Lunuk. Tak hanya mengajar, ia kini menjelma menjadi pemandu wisata andalan bagi wisatawan mancanegara.
Lolita bukan birokrat. Ia bukan pengusaha. Tapi lewat semangat dan cintanya pada kampung halaman ia terus bergerak. Hingga Tabang kini dikenal hingga Malaysia dan Singapura, sebagai surga tersembunyi bagi pencinta mancing dan penjelajah alam liar.
“Awalnya saya hanya iseng ikut pelatihan pemandu wisata di Bali tiga tahun lalu. Dari situ saya mulai berani menawarkan Tabang ke orang-orang luar. Ternyata mereka tertarik,” ujar Lolita, Sabtu (12/4/2025).
Kini, bukan hal aneh bagi Lolita memandu tamu-tamu dari luar negeri, mengantarkan mereka ke Muara Belinau atau Muara Kebaq, menyusuri sungai-sungai alami untuk mencari ikan dewa, ikan endemik yang hanya hidup di sungai tertentu dan menjadi incaran utama wisatawan mancing kelas dunia.
Pernah, dalam satu rombongan, Lolita menangani tujuh wisatawan dari Malaysia dengan total biaya wisata mencapai Rp17 juta, termasuk transportasi dari Balikpapan hingga Tabang, logistik, dan layanan pemanduan penuh selama beberapa hari.
Namun bagi Lolita, ini bukan soal keuntungan. Ini tentang membuka jalan memperkenalkan Tabang yang selama ini hanya dikenal sebagai daerah terpencil sebagai destinasi yang layak dikunjungi dan dijaga.
“Wisata kita lengkap. Ada air terjun, pemandian air panas, taman anggrek, negeri di atas awan, Gunung Babi, dan kekayaan budaya 19 desa. Tapi semuanya masih berjalan sendiri-sendiri,” katanya.
Keterbatasan infrastruktur dan minimnya promosi menjadi tantangan besar. Belum ada jaringan pemandu yang solid, belum ada ekosistem pariwisata yang terorganisir.
Cerita Lolita pun sampai ke telinga Pelaksan Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kukar, Arianto yang mengaku terinspirasi dengan perjuangan diam-diam Lolita yang membalikkan peran dari pengajar menjadi pelopor wisata.
“Bu Lolita adalah contoh nyata bahwa pembangunan pariwisata tidak harus dimulai dari atas. Justru kekuatan terbesar ada di masyarakat. Dan kami siap mendukung orang-orang seperti dia,” ujar Arianto.
Arianto menyebutkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kukar akan menjadikan Lolita sebagai model inspirasi untuk pendampingan desa wisata di wilayah terpencil. Menurutnya, kisah Lolita membuka mata bahwa desa-desa seperti Tabang memiliki nilai jual tinggi, asal diberi dukungan dan arahan yang tepat.
“Dia tidak menunggu program. Dia bergerak. Dan justru itu yang ingin kami dorong, gerakan dari bawah, dari warga yang mencintai desanya,” tandasnya. (Adv)