TENGGARONG — Potensi ekowisata di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) kian berkembang, salah satunya melalui kawasan Sungai Hitam di Kecamatan Samboja yang kini dikenal sebagai habitat alami bekantan, primata endemik Kalimantan yang terancam punah.
Lewat tangan-tangan warga lokal yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sungai Hitam Lestari, kawasan ini berhasil diubah dari zona rawan perambahan menjadi destinasi wisata konservasi yang diminati wisatawan lokal hingga mancanegara.
“Dulu Sungai Hitam hanya dianggap jalur air biasa. Tapi sekarang, tempat ini menjadi lokasi susur sungai yang unik karena pengunjung bisa melihat langsung bekantan liar,” ujar Aidil Amin, Ketua Pokdarwis SHL, Jumat (18/4/2025).
Sejak resmi dikembangkan sebagai ekowisata pada 2019, Pokdarwis SHL telah menyusun skema pengelolaan terpadu, termasuk pelatihan pemandu wisata, pembangunan dermaga, penyiapan armada kapal, serta penguatan promosi digital.
Atraksi utama ekowisata ini adalah susur sungai, di mana wisatawan akan dibawa menyusuri aliran Sungai Hitam untuk menyaksikan bekantan di habitat aslinya. Waktu terbaik untuk tur adalah antara pukul 07.00–10.00 pagi dan 15.00–17.00 sore.
Tarif wisata disesuaikan dengan kapasitas kapal dan jenis pengunjung. Wisatawan lokal dipatok Rp300 ribu untuk 4 orang dan Rp600 ribu untuk 6 orang. Sedangkan Wisatawan mancanegara dibandrol Rp130 ribu per orang untuk durasi 1 jam. Terdapat juga durasi tambahan sesuai permintaan wisatawan.
Tak sekadar menawarkan panorama alam, Pokdarwis SHL juga aktif mengembangkan fasilitas edukatif dan pemberdayaan ekonomi, seperti pelatihan tour guide lokal, produksi UMKM khas, seperti klapertart dari buah nipah dan teh jeruju. Termasuk juga membangun pusat informasi bekantan yang tengah disiapkan sebagai sarana edukasi wisata.
Aidil menyebut, konsep wisata berbasis konservasi ini bukan hanya memberi penghasilan tambahan bagi masyarakat sekitar, tetapi juga mendorong kesadaran kolektif terhadap pentingnya menjaga habitat satwa liar.
“Ekowisata ini jadi penghubung antara konservasi dan ekonomi. Wisatawan datang, ekonomi tumbuh, dan satwa tetap terlindungi,” tegasnya.
Ke depan, Pokdarwis SHL bersama mitra pemerintah dan swasta akan memperluas cakupan wisata dengan membangun jalur interpretatif, pusat oleh-oleh lokal, serta paket wisata edukasi bagi sekolah dan komunitas pecinta lingkungan.
Dinas Pariwisata Kukar sendiri menempatkan Ekowisata Sungai Hitam sebagai salah satu model pengembangan wisata berbasis komunitas yang berhasil, sekaligus ikon wisata konservasi di daerah penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN).
Dengan pendekatan yang inklusif dan berkelanjutan, Sungai Hitam bukan hanya menjadi rumah bagi bekantan, tetapi juga menjadi panggung alami wisata yang mendidik dan menumbuhkan nilai ekonomi lokal. (Adv)