TENGGARONG – Di tengah dinamika ekonomi yang terus bergerak, Dinas Pariwisata (Dispar) Kutai Kartanegara (Kukar) menunjukkan keseriusannya dalam mendorong sektor Ekonomi Kreatif (Ekraf) sebagai penopang pertumbuhan ekonomi lokal. Melalui sejumlah inisiatif strategis, Dispar Kukar kini tak hanya berfokus pada destinasi wisata, tapi juga pada pemberdayaan pelaku usaha kreatif yang tersebar di berbagai wilayah kabupaten.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dispar Kukar, Arianto, menegaskan bahwa Ekraf bukan sekadar pelengkap sektor pariwisata, melainkan bagian yang tak terpisahkan dalam menciptakan ekosistem ekonomi daerah yang tangguh. Salah satu langkah nyata yang telah dijalankan ialah pelatihan berkelanjutan, fasilitasi lokasi usaha, serta pembinaan kelembagaan bagi pelaku Ekraf.
“Kami sudah melangkah cukup jauh, mulai dari pelatihan hingga menyiapkan ruang usaha di titik-titik strategis seperti Simpang Odah Etam (SOE). Tempat itu sekarang menjadi pusat UMKM dan pelaku ekraf untuk unjuk gigi,” ujar Arianto, Sabtu (17/5/2025).
Simpang Odah Etam kini dikenal sebagai salah satu sentra kreatif di Kota Tenggarong. Lokasi tersebut tidak hanya menyediakan ruang promosi, tapi juga menjadi tempat edukasi dan kolaborasi antar pelaku UMKM dan Ekraf. Dispar Kukar melihat kawasan ini sebagai model yang dapat direplikasi di wilayah lain.
Lebih dari itu, program pembinaan yang dilakukan Dispar Kukar tidak terpusat di kota. Menurut Arianto, pendekatan inklusif sangat diperlukan agar pelaku ekraf di kecamatan tidak tertinggal. Oleh karena itu, pembinaan, pendampingan, hingga bantuan promosi juga menyasar kelompok-kelompok kreatif di desa dan kecamatan.
“Banyak pelaku ekraf yang potensial tapi kurang akses. Kita ingin jembatani itu. Tim kami rutin turun ke wilayah untuk menjangkau pelaku-pelaku yang selama ini belum tersentuh,” jelasnya.
Ke depan, Dispar Kukar juga tengah menyiapkan skema baru berupa pengembangan ruang kreatif di tingkat kecamatan. Hal ini bertujuan agar pelaku usaha tidak harus selalu bergantung pada kota untuk mendapatkan panggung usaha.
“Kami tidak ingin pusat pertumbuhan hanya di kota. Rencananya, akan ada ruang kreatif di setiap kecamatan. Mulai dari tempat produksi, galeri mini, hingga kios penjualan produk lokal. Ini sedang kami susun bertahap,” tambahnya.
Langkah lain yang juga disiapkan adalah pembaruan data pelaku ekraf secara menyeluruh. Data ini akan menjadi dasar dalam menyusun program pembinaan yang lebih tepat sasaran. Dengan basis data yang akurat, Dispar Kukar bisa menyesuaikan bentuk dukungan sesuai karakteristik usaha dan tantangan yang dihadapi di lapangan.
Dispar Kukar berharap, ke depan, ekonomi kreatif bukan hanya menjadi gerakan musiman, tetapi tumbuh sebagai pilar pembangunan yang konsisten, melibatkan generasi muda, dan memperkuat identitas lokal.
“Kita ingin Kukar jadi daerah yang kreatif, inovatif, dan mandiri. Ekraf adalah jalan untuk itu, dan kami siap mendukung pelaku-pelaku yang memang serius ingin berkembang,” pungkasnya. (Adv)